Ilmu Nahwu mempelajari isi bahasa dengan memperhatikan suara yang jatuh (syakal huruf) pada akhir setiap kata dan menentukan posisi kata tersebut dalam susunan kalimat. Misalnya lafad مسجد dalam al-Quran kita akan menemukan tiga macam syakal akhir yakni bersyakal akhir dhomah, fatah atau kasrah. Ketika kita salah menentukan syakal akhir maka akan sangat berpengaruh terhadap terjemah dan selanjutnya berakibat fatal terhadap penentuan hukum.
Sejarah Ilmu Nahwu
Selengkapnya
inilah Mabadi (Pengantar Ilmu Nahwu)
Definisi
:
علم بأصول يعرف
بها أحوال أبنية الكلمة التى ليست بإعراب ولا. بناء
Ilmu Pokok untuk mengetahui aturan-aturan akhir kalimat
secara i’râb maupun mabni
Manfaat
mempelajari Nahwu :
التحرز عن الخطاء في اللسان و الإستعانة
على فهم كلام الله وكلام رسول الله
Untuk
menjaga kesalahan dalam berbicara bahasa Arab, dan alat bantu untuk memahami
KalamAllah (Al-Quran) danKalamRasulillah (Hadis).
Peletak Pertama
Peletak pertama Ilmu Nahwu Adalah Abu Aswâd al-Duali. Abu Aswad mendapatkan tugas langsung
dari Khalifah saat itu yakni Ali
bin Abi Thalib Radiyallahu ‘anhu
pasca terjadinya kesalahan pembacaan harkat pada ayat 3 dari surah al-Taubah.
Seharusnya dibaca dommah yakni Wa rasuluhu tapi dibaca kasrah yakni wa
rasulihi. Perhatikan bunyi ayatnya:
إنَّ اللَّهَ بَرِيءٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولُه
Jika dibaca dhammah (warasuluhu)makna dari ayat di atas
adalah: “Sesungguhnya Allah dan Rasulnya tidak memperdulikan orang-orang
Musyrik” Namun jika dibaca kasrah (wa rasulihi), makna dari ayat itu adalah
“Sesungguhnya Allah tidak memperdulikan orang-orang Musyrik dan kepada
Rasul-Nya.
Saat itu dalam al-Quran belum terdapat harkat, sementara
Islam telah tersebar sedemikian luas ke pelosok penjuru negeri dan antar
negara. Al-Quran tidak hanya menjadi bacaan orang Arab namun juga menjadi
bacaan orang Ajam (non Arab). Maka timbul inisiatif Khalifah untuk mengharkati
al-Qurân dan ditunjuklah Abu Aswad al-Dauli sebagai pengemban tugas.
Setelah Abu Aswad al-Dualy, Ilmu Nahwu dikembangkan oleh Abu
Amr bin Ala’, Imam Khalil al-Farahidi (yang pertama kali mengenalkan tajwid
dalam al-Quran) dan muridnya yaitu Imam Syibawaihi. Karya Nahwu yang paling
popular di Indonesia adalah al-Jurumiyyah karya Abu Abdillah bin Muhammad bin
Daud alShanhaji yang popular dengan sebutan Ibn al-Jurumy. Karya ini sangat
mudah dipahami dan ringkas MengapaIlmu Nahwu dinamai dengan Nahwu? Jawaban dari
pertanyaan itu adalah dengan mengenal sejarah Nomenklatur (penamaan) ilmu
Nahwu. Adalah Abu Aswad al-Duali yangterinspirasi dari perkataan Ali Radiyallahu ‘anhu :
انح هذا
النحو
Lanjutkanlah
contoh ini
Istimdâd (sumber pengambilan) Ilmu Nawhu adalah darial-Quran
dan Hadis Mengetahui pengambilan menjadi penting dibahas karena bagian dari
Epistimologi sebuah ilmu.Mengingat Nahwu sudahmenjadi Ilmu (Science) bukan
hanyasekedar pengetahuan (Knowledge).
HukumMempelajari Ilmu Nahwu
فرض الكفاية على كل ناحية وفرض العين
على قارئ التفسير والحديث
Hukum mempelajari Ilmu Nahwu adalah Fardu Kifayah, namun
status hukumnya menjadiFardu ain bagi orangyanginginmenelaah tafsir dan hadits.
Nahwu adalah ilmu untuk mengetahui hukum akhir dari
suatu kata.
Contoh: جَاءَ رَجُلٌ ـ رَأَيْتُ رَجُلاً ـ
مَرَرْتُ بِرَجُلٍ
Sharaf adalah ilmu tentang perubahan suatu kata.
Contoh: نَصَرَ ـ نَاصِرٌ ـ مَنْصُوْرٌ
Pembagian Huruf
اَلْحَرْفُ
A. Huruf Mabany (Huruf Hijaiyah)
Huruf Mabany (Huruf Hijaiyah) adalah huruf yang digunakan untuk menyusun suatu kata. Huruf mabany terbagi menjadi 2:
1. Huruf ‘Illah. Huruf ‘Illah ada 3
huruf yaitu: ا و ي
2. Huruf Shahih. Huruf Shahih adalah seluruh huruf hijaiyah selain ا و ي
B. Huruf Ma’any
Huruf Ma’any adalah huruf-huruf yang mempunyai makna. Huruf ma’any terbagi menjadi beberapa macam, diantaranya:
- Huruf Jar, yaitu huruf yang membuat kata setelahnya secara umum berharokat akhir kasrah. Diantara huruf-huruf jar adalah: مِنْ ، إِلىَ ، عَنْ ، عَلىَ ، فِى ، رُبَّ ، بِ ، كَ ، لِ
- Huruf Athaf, yaitu huruf yang digunakan untuk menghubungkan antara satu kata dengan kata yang lain. Diantara huruf-huruf athaf adalah: وَ ، ثُمَّ ، أَوْ
Pembagian Kalimah
الْكَلِمَةُ
Al-Kalimah
Al-Kalimah (kata) adalah lafaz yang mempunyai makna.
A. Isim. Isim adalah kata yang menunjukkan atas suatu makna, dimana kata tersebut tidak terikat dengan waktu.
Contoh: كِتَابٌ ـ
بَيْتٌ ـ دِيْنٌ ـ بَابٌ ـ أسْتَاذٌ ـ شَجَرَةٌ
B. Fi’il. Fi’il adalah kata yang menunjukkan
atas suatu makna, dimana kata tersebut terikat dengan waktu.
Contoh: نَصَرَ ـ كَتَبَ
ـ ضَرَبَ ـ جَلَسَ ـ قَتَلَ ـ أَكَلَ
C. Huruf. Huruf adalah Kata yang tidak mempunyai makna yang sempurna kecuali setelah bersambung dengan kata yang lain.
Keterangan : Huruf yang dikategorikan sebagai al kalimah adalah huruf-huruf ma’any.
Perbedaan Isim dan Fi'il
الْفَرْقُ بَيْنَ الاِسْمِ وَ
الْفِعْلِ
(Perbedaan
antara Isim dan Fi’il)
Ciri-ciri Isim :
عَلاَمَاتُ الاِسْم
1. (ada tanwin) التََّنْوِيْن. مِثْلُ :{ فَلاَ
تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَندَادًا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ} البقرة:22
2. (isimnya dikasroh) الخَفْض. مِثْلُ :{بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} الفاتحة:1
3. (ada alif lam) الْأََلِفُ وَاللاَّم. مِثْلُ :{ ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ ِفيهِ} البقرة:2
4. (didahului huruf jer) حَرْفُ الجَرِِّ. مِثْلُ :{ وَلاَ تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ} البقرة:42
Ciri-ciri Fi’il:
عَلاَمَاتُ
الْفِعْلِ
1. (qod di awalnya) قَدْ. مِثْلُ :{ قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَشْرَبَهُمْ} البقرة: 60
2. (huruf sin di awalnya) السِّيْنُ (سَـ). مِثْلُ : { سَيَجْعَلُ اللهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا} الطلاق:7
3. (saufa di awalnya) سَوْفَ. مِثْلُ : {كَلاَّ سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ} التكاثر:4
4. (ta' sukun di akhirnya) تَاءُ التَأْنِيْث ِالسَاكِنَةُ. مِثْلُ : {قَالَتْ إِنِّي أَعُوذُ بِالرَّحْمَـانِ مِنكَ إِن كُنتَ تَقِيًّا} مريم : 18
Catatan
Perbedaan Isim dan Fi’il:
- Huruf tidak ada ciri khusus. Untuk mengetahuinya harus dihafal.
- Suatu kata sudah cukup dikatakan sebagai isim atau fi’il apabila telah menerima salah satu dari tanda di atas.
- Pada ciri isim, antara tanda “tanwin” dan “alif lam” tidak akan pernah bertemu.
- Untuk fi’il, seringkali ciri-cirinya tidak disebutkan.
- Cara praktis untuk mengetahuinya adalah dengan menghafal ciri isim dan menghafal macam macam huruf. Apabila tidak termasuk isim maupun huruf berarti dia termasuk fi’il.
Idhafah
اَلإِضَافَةُ
Idhafah adalah bentuk penyandaran antara satu kata dengan kata yang lain.
Contoh:
رَسُوْلُ اللهِ: رَسُوْلُ = مُضَافٌ، اللهِ = مُضَافٌ إِلَيْهِ
عَذَابُ الْقَبْرِ: عَذَابُ = مُضَافٌ، الْقَبْرِ = مُضَافٌ إِلَيْهِ
Ketentuan Umum:
1. Mudhaf tidak boleh ditanwin.
2. Mudhaf ilaih biasanya berharokat akhir kasrah.
3. Mudhaf dan mudhaf ilaih kedua-duanya merupakan isim.
Jumlah Mufidah
الجُمْلَةُ المُفِيْدَةُ / اَلْكَلاَمُ
Jumlah mufidah adalah susunan kata yang dapat memberikan faedah yang sempurna.
Contoh:
عَلِيٌّ مَِرْيضٌ
رَجَعَ عَلِيٌّ
Adapun susunan kata yang tidak memberikan faedah yang sempurna tidak dinamakan sebagai Jumlah Mufidah.
Contoh:
إِنْ رَجَعَ عَلِيٌّ
إِنْ رَجَعَ عَلِيٌّ فَأَكْرِمْهُ

Syibhul Jumlah
Isim Mufrad, Mutsanna dan Jamak
Cara pembentukan isim mutsanna:
- Jamak Mudzakkar Salim
- Sifat Mengikuti wazan (pola) مُفْعِلٌ. Contoh: مُسْلِمٌ، مُفْسِدٌ
- Sifat Mengikuti wazan (pola) مُفْتَعِلٌ. Contoh: مُجْتَهِدٌ، مُسْتَمِعٌ
- Sifat Mengikuti wazan (pola) مُفَاعِلٌ. Contoh:مُجَاهِدٌ، مُنَافِقٌ
- Sifat Mengikuti wazan (pola) مَفْعُوْلٌ. Contoh: مَنْصُوْرٌ، مَقْتُوْلٌ
- Jamak Muannats Salim
Cara pembentukan isim jamak muannats salim:
- Jamak Taksir
Isim Mudzakkar dan Muannats
- Isim Mudzakkar Haqiqi, yaitu isim yang berasal dari kelompok makluk hidup yang berjenis kelamin laki-laki. Contoh:
- kelamin laki-laki berdasarkan kesepakatan orang arab.Isim Mudzakkar Majazi, yaitu isim yang berasal dari kelompok benda mati yang dianggap berjenis. Contoh:
- Isim Muannats Haqiqi, yaitu isim yang berasal dari kelompok makluk hidup yang berjenis kelamin perempuan. Contoh:
- Isim Muannats Majazi, yaitu isim yang berasal dari kelompok benda mati yang dianggap berjenis kelamin perempuan berdasarkan kesepakatan orang arab. Contoh:
Tanda-Tanda Isim Muannats Diantaranya:
Isim Ma'rifat dan Nakirah
Macam-macam isim ma’rifat:
- Isim Nakirah biasanya mempunyai harokat akhir yang bertanwin. Contoh: مُسْلِمٌ – مِصْبَاحٌ
- Nama orang walaupun bertanwin tetap dikatakan sebagai isim ma’rifat dan bukan sebagai isim nakirah. Contoh: مُحَمَّدٌ – زَيْدٌ
- Apabila suatu isim disandarkan pada isim nakirah, maka dia adalah isim nakirah. Namun apabila disandarkan pada isim ma’rifat, maka dia adalah juga sebagai isim ma’rifat. Contoh:
Pembagian Isim Ditinjau Dari Sisi Bangunan Akhirnya
A. Isim Ghairu Shahih Akhir
- Isim Maqshur
- Isim Manqush
- Isim Mamdud
B. Isim Shahih Akhir
- Jika isim mamdud berupa isim jamak, maka ia tidak boleh ditanwin.
- Jika isim mamdud merupakan isim muannats, maka ia tidak boleh ditanwin.
- Semua isim yang diakhiri dengan huruf-huruf shahih (kecuali hamzah) maka dia adalah isim shahih akhir.
Dhamir (Kata Ganti Orang)
Pembacaan Tabel:
- هُوَ = Dia (Seorang laki-laki),
- هُمَا = Mereka (Dua orang laki-laki/perempuan),
- هُمْ = Mereka (Para lelaki),
- أَنْتَ = Kamu (Seorang laki-laki),
- أنْتُمْ = Kalian (Para lelaki), dst.
Pembacaan Tabel:
Isim Ghairul Munsharif
- Apabila isim ghairul munsharif ini sebagai mudhaf, maka batal hukumnya. Contoh:
- Apabila isim ghairul munsharif ini memakai alif dan lam, maka batal hukumnya. Contoh:
- Isim maqshur yang bukan kelompok muannats, maka tidak termasuk isim ghairul munsharif. Contoh: هُدًى – فَتًى
- Semua nama orang yang diakhiri dengan ta marbuthoh maka dia ghairul munsharif walaupun digunakan untuk nama orang laki-laki. Contoh: مُعَاوِيَةُ – طَلْحَةُ
- Nama negara dan kota dikategorikan sebagai nama perempuan sehingga temasuk kelompok ghairul munsharif. Contoh: بَغْدَادُ – مِصْرُ
Isim Isyaroh dan Isim Maushul
Isim Mu’rab Dan Isim Mabni
- Isim Marfu’.
- Isim Manshub.
- Isim Majrur.
- Dhomir (الضَمِيْرُ). Contoh: أَنْتَ – نَحْنُ - هُوَ
- Isim Isyaroh (اِسْمُ الإِشَارَةِ). Contoh: هَذِهِ – هَؤُلاَءِ – ذَلِكَ
- Isim Maushul (اَلاِسْمُ الَمْوْصُوْلُ). Contoh: اَلَّذِي – اَلَّتِي – اَلَّذِيْنَ
- Isim Istifham (اِسْمُ الاِسْتِفْهَامِ). Contoh: مَنْ – أيْنَ – كَيْفَ
- Isim Syarat (اِسْمُ الشَّرْطِ). Contoh: مَنْ – مَتَى - مَا
- Dhammah merupakan ciri pokok isim marfu’, fathah merupakan ciri pokok isim manshub, dan kasrah merupakan ciri pokok isim majrur.
- Ada beberapa kelompok isim yang perubahan keadaan akhirnya tidak ditandai dengan perubahan harokat, akan tetapi dengan perubahan huruf. Contoh:
Asmaul Khamsah
Ciri-Ciri I’rabnya Isim
Pembagian Fi'il Ditinjau Dari Waktu Terjadinya
Tashrif Lughawi
- كَتَبَ : Dia (seorang laki-laki) telah menulis.
- كَتَبَا : Mereka (dua orang laki-laki) telah menulis.
- كَتَبُوْا : Mereka (para lelaki) telah menulis.
- كتَبَتْ : Dia (seorang perempuan) telah menulis.
- كَتَبَتَا : Mereka (dua orang perempuan) telah menulis.
- كَتَبْنَ : Mereka (para perempuan) telah menulis.
- كَتَبْتَ : Kamu (seorang laki-laki) telah menulis.
- كَتَبْتُمَا : Kalian (dua orang laki-laki) telah menulis.
- كَتَبْتُمْ : Kalian (para laki-laki) telah menulis.
- كَتَبْتِ : Kamu (seorang perempuan) telah menulis.
- كَتَبْتُمَا : Kalian (dua orang perempuan) telah menulis.
- كَتَبْتُنَّ : Kalian (para perempuan) telah menulis.
- كَتَبْتُ : Saya telah menulis
- كَتَبْنَا : Kami telah menulis
- يَكْتُبُ : Dia (seorang laki-laki) sedang/akan menulis.
- يَكْتُبَانِ : Mereka (dua orang laki-laki) sedang/akan menulis.
- يَكْتُبُوْنَ : Mereka (para lelaki) sedang/akan menulis.
- تَكْتُبُ : Dia (seorang perempuan) sedang/akan menulis.
- تَكْتُبَانِ : Mereka (dua orang perempuan) sedang/akan menulis.
- تَكْتُبْنَ : Mereka (para perempuan) sedang/akan menulis.
- تَكْتُبُ : Kamu (seorang laki-laki) sedang/akan menulis.
- تَكْتُبَانِ : Kalian (dua orang laki-laki) sedang/akan menulis.
- تَكْتُبُوْنَ : Kalian (para lelaki) sedang/akan menulis.
- تَكْتُبِيْنَ : Kamu (seorang perempuan) sedang/akan menulis.
- تَكْتُبَانِ : Kalian (dua orang perempuan) sedang/akan menulis.
- تَكْتُبْنَ : Kalian (para perempuan) sedang/akan menulis.
- أَكْتُبُ : Saya sedang/akan menulis
- نَكْتُبُ : Kami sedang/akan menulis